SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA SEMOGA BERMANFAAT

Selasa, 31 Maret 2015



Post 1:
NANO TEKNOLOGI
Nanoteknologi adalah manipulasi materi pada skala atomik dan skala molekular. Diameter atom berkisar antara 62 pikometer (atom Helium) sampai 520 pikometer (atom Cesium), sedangkan kombinasi dari beberapa atom membentuk molekul dengan kisaran ukuran nano. Deskripsi awal dari nanoteknologi mengacu pada tujuan penggunaan teknologi untuk memanipulasi atom dan molekul untuk membuat produk berskala makro. Deskripsi yang lebih umum adalah manipulasi materi dengan ukuran maksimum 100 nanometer.




 
NANO TEKNOLOGI DI INDONESIA
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia telah mengembangkan nanoteknologi sejak tahun 2000an namun belum mampu mengkomersilkannya.Hal yang paling mendasar dalam menghambat perkembangan teknologi nano di Indonesia adalah ketiadaan alat pengukuran (metrologi) nanomaterial. Bambang Subiyanto, Kepala Pusat Inovasi LIPI menyatakan bahwa sudah 13 tahun pengembangan nanoteknologi di Indonesia berjalan sehingga tahap yang dituju sekarang adalah komersialisasi produk nanomaterial berbasis kegiatan riset.
Image result for nANOTEKNOLOGI
NANO TECHNOLOGY

CONTOH TEKNOLOGI NANO
Rekayasa protein
Rekayasa protein adalah aplikasi ilmu teknik pada proses pengembangan protein. Ini adalah ilmu disiplin yang baru dengan riset yang menguasai hingga pada pemahaman pelipatan protein dan pengenalan protein untuk prinsip desain protein.
Terdapat dua strategi umum pada rekayasa protein.Pertama dikenal dengan desain rasional.Ilmuwan menggunakan pengetahuan yang detail dari struktur dan fungsi protein untuk membuat desain yang diinginkan.Manfaat dari strategi ini adalah tidak mahal dan mudah dilakukan, sejak teknik mutagenesis terpadu telah berkembang dengan baik. Tetapi terdapat banyak penolakan dari pengetahuan struktur yang detail dari protein yang sering kali tidak tersedia, dan meski protein itu tersedia, akan sangat sulit untuk memprediksi efek dari berbagai mutasi yang akan dilakukan.
Strategi kedua adalah evolusi terarah.Ini adalah mutagenesis acak yang diaplikasikan untuk protein, dan bagian yang terpilih digunakan untuk mengambil varian-varian yang memiliki kualitas yang diinginkan.Langkah selanjutnya, yaitu mutasi dan penyeleksian. Teknik ini mirip dengan proses evolusi alami, yang pada umumnya menghasilkan hasil yang lebih superior dari desain rasional. Teknik tambahan yang diketahui sebagai pengacakan DNA mencampurkan dan memasangkan kepingan-kepingan dari varian-varian yang sukses untuk menghasilkan hasil yang lebih baik. Proses ini mirip dengan rekombinasi yang terjadi secara alami ketika reproduksi seksual. Manfaat besar dari teknik evolusi terarah adalah tidak membutuhkan pengetahuan banyak tentang struktur protein yang dibuat dan tidak perlu untuk memprediksi apa efek yang akan diberikan oleh protein hasil mutasi. Faktanya, hasil yang diberikan oleh teknik ini seringkali mengejutkan.Kerugiannya adalah, teknik ini membutuhkan sejumlah protein yang cukup banyak, yang kadang-kadang tidak memadai bagi beberapa jenis protein.Dan produknya harus disaring atau dipisahkan untuk mendapatkan kualitas yang diinginkan.Dan juga, hasil yang diinginkan tidak selalu berhasil disaring.
Kedua strategi tidak mutlak eksklusif; peneliti biasanya memakai kedua strategi tersebut. Di masa depan, detail struktur protein dan fungsinya akan diketahui lebih banyak, sejalan dengan perkembangan teknologi yang akan memperluas kapabilitas rekayasa protein.
Rekayasa jaringan
Rekayasa jaringan (bahasa Inggris: Tissue Engineering) adalah penggunaan kombinasi teknik sel, rekayasa dan material serta pemanfaatan factor biokimia dan fisiokimia untuk meningkatkan atau menggantikan fungsi biologis. Walaupun definisi rekayasa jaringan meliputi berbagai aplikasi secara luas, dalam praktiknya hal ini lebih dekat dengan upaya perbaikan atau penggantian sebagian atau keseluruhan jaringan seperti tulang, kandung kemih.Rekayasa jaringan juga meliputi upaya penciptaan fungsi biokimia khusus menggunakan sel dalam suatu organ buatan (pankreas buatan misalnya).
Image result for rEKAYASA PROTEIN
TUJUAN REKAYASA JARINGAN
Rekayasa jaringan menggunakan sel hidup sebagai bahan pembangun.Contohnya penggunaan fibroblast dalam perbaikan kulit, perbaikan cartilage dengan kondrosit. Sel mulai digunakan sebagai bahan pembangun sejak peneliti mampu mengetahui cara memperpanjang telomere (komponen umur sel) dengan memanfaatkan enzim dari tumor. Sebelumnya sel hanya dapat membelah maksimal kira-kira 50 kali.
Teknologi nano hijau
Teknologi nano hijau (green nanotechnology) merujuk kepada teknologi nano untuk meningkatkan kualitas keberlangsungan lingkungan.Teknologi nano hijau juga merujuk kepada penggunaan teknologi nano untuk membuat produk ramah lingkungan berbasis nano dan penggunaannya.
Teknologi nano hijau telah didefinisikan sebagai pengembangan teknologi bersih untuk meminimalisasi potensi risiko kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan manusia terkait proses manufaktur dan penggunaan teknologi nano untuk mendorong digantikannya produk yang sudah ada dengan produk nano yang lebih ramah lingkungan sepanjang usia penggunaannya.
Teknologi nano hijau memiliki dua tujuan utama: memproduksi material nano tanpa merusak lingkungan dan kesehatan manusia, dan memproduksi produk nano untuk menyelesaikan masalah lingkungan. Teknologi ini memanfaatkan prinsip kimia hijau dan teknologi hijau untuk membuat material nano dan produk nano tanpa bahan beracun, menggunakan energi yang lebih sedikit, mengkonsumsi sumber daya yang dapat diperbarui jika memungkinkan, dan menggunakan pola pikir siklus (produksi-pakai-daur ulang) dalam segala tahap desain dan keteknikannya.

KEJAR KEKETINGGALAN
Nanopartikel dapat meningkatkan nilai tambah material dasarnya menjadi berpuluh bahkan beratus kali lipat.Oleh sebab itu, nanoteknologi menjadi harapan baru negara-negara berkembang di dunia dalam upaya mengejar ketertinggalan industri nasional mereka guna bersaing dalam era global.
Teknologi ini, menurut Prof Arun, mampu mendukung pengembangan di bidang ketahanan pangan, energi, TIK, teknologi dan manajemen transportasi, teknologi pertahanan dan keamanan, serta teknologi kesehatan dan obat. Hal ini karena sifat nanoteknologi itu yang mampu diaplikasikan di berbagai bidang terapan.
Salah satu contoh aplikasi nanoteknologi dalam memberikan nilai tambah yang signifikan di bidang industri pertanian atau agroindustri adalah peningkatan produktivitas pertanian melalui nanoporous, nanonutrisi, slow-released, nanoenkapsulasi, nanokomposit, nanoemulsi untuk packaging antibakteri, dan makanan suplemen.
Image result for ketua LIPI
KETUA LIPI Prof Dr Lukman Hakim
Ia mengatakan berbagai aplikasi nanoteknologi pada produk telah diterapkan, di antaranya pada elektronik, kosmetik medis, farmasi, industri makanan, tekstil, dan keramik.
Saat ini nanoteknologi sudah banyak merambah ke berbagai aspek kehidupan manusia.Untuk itu, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) beserta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terus bergerak menciptakan teknologi baru itu agar tidak hanya menjadi objek pasar.
Deputi Bidang Kelembagaan IPTEK, Kemenristek, Mulyanto mengatakan, pihaknya selalu mendorong para ilmuwan dalam negeri untuk terus melakukan riset lebih mendalam dan menciptakan berbagai produk bernanoteknologi. Menurutnya, Kemenristek terus berupaya memberi kesempatan kepada para peneliti agar produk-produk penelitiannya dapat dikomersialkan.
"Terlebih lagi karena nanoteknologi dapat diaplikasikan di banyak area, seperti untuk membuat pupuk yang berkualitas bagi pertanian," ujar Mulyanto.
Kepala LIPI, Prof Dr Lukman Hakim mengatakan, Indonesia harus mampu membangun kemandirian di bidang nanoteknologi. Sejauh ini, ia mengatakan selain memiliki berbagai sumber nanomaterial, Masyarakat Nano Indonesia (MNI) pun sudah mampu membuat alat yang bisa mengubah partikel ke ukuran nano.
"Lebih dari tiga miliar rupiah kami investasikan untuk mengembangkan material nanoteknologi. Karenanya kami berharap setiap ilmuwan dari negara-negara berkembang dapat bersama-sama bertukar ide dan menjalin kerja sama," kata Lukman Hakim.
Ia menjelaskan, saat ini telah terjadi perubahan dalam pengembangan riset dasar. Dahulu hanya berjalan linier, mulai dari pengembangan, pabrikan, dan pemanfaatannya.Kini kegiatan itu tidak berlaku lagi sebab dalam bidang teknologi nano bisa saja dari laboratorium dapat langsung dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Lukman juga menegaskan LIPI secara terbuka siap bekerja sama untuk pengembangan nanoteknologi di Indonesia. Hal itu dimulai dari riset tingkat dasar, terapan hingga area komersialisasi bisnis.
"LIPI tahun ini telah resmi mendirikan Inkubator Teknologi di Cibinong Bogor.Mudah-mudahan, infrastruktur yang telah dibangun mampu mengoptimalkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bisnisnya," kata dia.
Melalui Centre for Science and Technology of Non-Aligned and Other Developing Countries (NAM S&T Center), Lukman berharap negara-negara kecil bisa menemukan suatu teknologi baru yang belum terpikirkan oleh negara-negara maju.

Menurutnya, workshop yang diadakan Kemenristek bersama LIPI ini bertujuan mempertemukan peneliti, akademikus dan para ahli industri di negara-negara berkembang pada bidang nanosains dan nanoteknologi, untuk berdiskusi dan membahas mengenai status dan prospek nanoteknologi yang fokus pada bahan dan proses, herbal dan kesehatan, pangan dan pertanian, perangkat dan elektronika, serta energi dan lingkungan.
Workshop dengan tema “Transferring Nanotechnology Concept towards Business Perspectives” tersebut diikuti sekitar 100 peserta, yang sepertiganya berasal dari negara-negara sahabat anggota NAM seperti Afrika Selatan, Gambia, India, Irak, Iran, Kamboja, Kenya, Malawi, Mesir, Mauritius, Myanmar, Nigeria, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Sudan, Tanzania, Togo, Uganda, Venezuela, Vietnam, Zimbabwe, dan Zambia.

YANG DIMINATI
Alat pemecah partikel buatan LIPI ternyata diminati negara lain. Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Syahrul Aiman mengatakan, teknologi yang mampu mengubah partikel menjadi ukuran nano tersebut saat ini sudah siap untuk digunakan.
''Malaysia, Afrika, Arab bahkan Jepang tertarik dengan alat buatan LIPI ini,'' ujar Syahrul.
Ia menjelaskan, pada 2010 sampai 2020, akan terjadi percepatan aplikasi nanoteknologi di bidang industri. Negara maju dan berkembang berlomba-lomba mengembangkan teknologi ini untuk berbagai aplikasi.Dampaknya, banyak negara yang enggan berbagi atau menjual peralatan untuk mengembangkan nano.
Menurut Syahrul, ada negara yang sudah mulai menggunakan alat buatan Indonesia ini di laboratorium mereka. Penelitian alat tersebut sudah dikembangkan sejak beberapa tahun lalu.
Sejauh ini, LIPI menurutnya sudah membuat alat untuk mendukung nanoteknologi ini sebanyak tiga model. Untuk menemukan alat tersebut, memang tak gampang karena alat tersebut bisa saja cocok untuk material nano A, tapi belum tentu berhasil untuk bahan B. Ia mengatakan nanoteknologi ini bisa membuat bahan menjadi lebih murah, sederhana, dan lebih kuat.
Nanoteknologi, kata Syahrul, bisa dikembangkan oleh siapa saja sehingga menjadi rebutan banyak negara.Bukan hanya negara berkembang, menurutnya, tetapi juga negara maju ikut mengincar nanoteknologi buatan LIPI.Salah satu negara maju yang mengincar nanoteknologi buatan Indonesia adalah Jepang yang merupakan negara maju dalam bidang pengembangan nuklir.
Syahrul menjelaskan alat pemecah partikel buatan LIPI bisa mempercepat penguraian partikel sehingga menjadi nano.Jika biasanya peneliti membutuhkan waktu dua sampai tiga pekan untuk penguraian, ujarnya, dengan alat tersebut, peneliti hanya butuh waktu dua hari. Selain itu, harga jual teknologi tersebut lebih murah ketimbang di negara lain.
"Harga dari kami lebih murah seperlima dari Eropa.Makanya, Jepang pun tertarik," ujarnya.

Saat ini, menurutnya, dikembangkan nanoteknologi dalam bidang biofarmasi, khususnya untuk pengobatan kanker. Alat itu nantinya diharapkan dapat mempercepat proses penyerapan obat. Selain itu, LIPI sedang melakukan penelitian untuk pasir besi, terutama membuat pigmen tinta.
Syahrul mengatakan, sulit untuk menyebutkan negara mana yang paling maju dalam bidang ini.Hal itu karena, menurutnya, semua negara memiliki keunggulan dari bidangnya masing-masing.Ia mencontohkan negara Eropa dari sisi materialnya lebih maju, namun negara Asia seperti Jepang unggul dalam nanoteknologi untuk keperluan sehari-hari. 

Post 2:


TEKNOLOGI PANGAN
TEKNOLOGI PANGAN adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu pengetahuan tentang bahan pangan khususnya setelah panen (pasca panen) guna memperoleh manfaatnya seoptimal mungkin sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut. Dalam teknologi pangan, dipelajari sifat fisis, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan proses yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, di antaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan sebagainya.
Sejarah teknologi pangan dimulai ketika Nicolas Appert mengalengkan bahan pangan, sebuah proses yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun ketika itu, Nicolas Appert mengaplikasikannya tidak berdasarkan ilmu pengetahuan terkait pangan. Aplikasi teknologi pangan berdasarkan ilmu pengetahuan dimulai oleh Louis Pasteur ketika mencoba untuk mencegah kerusakan akibat mikroba pada fasilitas fermentasi anggur setelah melakukan penelitian terhadap anggur yang terinfeksi. Selain itu, Pasteur juga menemukan proses yang disebut pasteurisasi, yaitu pemanasan susu dan produk susu untuk membunuh mikroba yang ada di dalamnya dengan perubahan sifat dari susu yang minimal.
Sejarah Teknologi pangan di Indonesia menyangkut beberapa aspek, disamping aspek program pendidikan juga berhubungan erat dengan sejarah perkembangan institusi, bidang IPTEK, SDM (Staff, lulusan), prasarana dan fasilitas, juga menyangkut perkembangan lapangan kerja, industri dan perdagangan produk pangan serta dinamika masyarakat dan trend konsumsi pangan.
Manfaat teknologi pangan
Adanya teknologi pangan sangat mempengaruhi ketersediaan pangan. Alam menghasilkan bahan pangan secara berkala, sementara kebutuhan manusia akan pangan adalah rutin. Kita tidak mungkin menunda kebutuhan jasmani hingga masa panen tiba. Oleh karena itu, terciptalah teknologi pengawetan sehingga makanan dapat disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Teknik pengawetan juga memungkinkan untuk mendistribusikan bahan pangan secara merata ke seluruh penjuru dunia. Dulu, orang-orang di Eropa tidak bisa menikmati makanan-makanan Asia. Tetapi sekarang karena teknologi pangan setiap bangsa dapat menikmati makanan khas bangsa lainnya.[3]
Pengembangan di bidang teknologi pangan
Beberapa proses terkait pemrosesan bahan pangan telah memberikan kontribusinya di bidang teknologi pangan, terutama pada rantai produksi dan suplai pangan. Pengembangan tersebut misalnya:
  • Pembuatan susu bubuk telah menjadi dasar untuk pembuatan berbagai produk baru dari benda cair dan semi cair yang dapat diseduh (dapat direhidrasi kembali) setelah dikeringkan menjadi padatan berbentuk serbuk. Hal ini juga yang menjadikan proses distribusi susu menjadi lebih efisien dan cikal bakal berkembangnya industri susu formula.
  • Dekafeinasi untuk kopi dan teh, namun lebih banyak digunakan pada biji kopi demi mengurangi kadar kafein pada kopi. Biji kopi kering diproses menggunakan uap hingga kadar airnya menjadi sektar 20%. Panas diberikan untuk memisahkan kafein dari biji kopi ke permukaan kulitnya. Lalu pelarut diberikan untuk memindahkan kafein dari biji kopi. Hingga tahun 1980-an, pelarut yang digunakan adalah pelarut organik. Karbon dioksida merupakan salah satu pelarut non organik yang digunakan untuk memisahkan kafein di bawah kondisi super kritis.

Ilmu dan Teknologi Pangan

Image result for TEKNOLOGI PANGAN
DEPARTEMEN TRKNOLOGI PANGAN



Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan di Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah salah satu Departemen tertua dari jenisnya di Indonesia. Departemen ini didirikan pada tahun 1964 di bawah Fakultas Teknik dan Teknologi Pertanian, dan sebelumnya disebut sebagai Departemen Teknologi Hasil Pertanian. Setelah 1981, nama tersebut diganti sampai sekarang sebagai Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Departemen ini memiliki kompetensi inti di bidang ilmu pangan dan teknologi pangan, khususnya dalam kimia pangan, mikrobiologi makanan, makanan rekayasa proses, analisis makanan, kualitas makanan dan keamanan pangan.

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan menghasilkan gelar sebagai berikut, Master dan Program Doktor dalam Ilmu Pangan, dan Program Master Profesional dalam Teknologi Pangan. Saat ini, Departemen telah 487 mahasiswa sarjana dan 146 master dan doktor siswa belajar di berbagai bidang ilmu makanan. Para mahasiswa calon sarjana berasal dari hampir seluruh provinsi di Indonesia. Pada periode tahun 1981 hingga 2010, Departemen telah 2.456 alumni untuk program sarjana dan 470 alumni untuk program pasca sarjana. Sebagian besar alumni kami bekerja di sektor-sektor terkait berbagai makanan dalam negeri dan luar negeri. Dengan gelar Program Sarjana Teknologi Pangan.

Departemen ini terdiri dari 56 anggota fakultas (37 PhD dan 19 MSc) dari berbagai latar belakang yang memberikan keahlian dalam berbagai spesialisasi. Para anggota fakultas memiliki keahlian di bidang kimia pangan, mikrobiologi makanan, pengolahan makanan, teknik pangan, keamanan pangan, analisis makanan, kimia rasa, bioteknologi dan bio-pengolahan, biokimia pangan dan gizi, dan toksikologi makanan. Fakultas secara aktif terlibat dalam pengajaran dan penelitian yang mencakup berbagai topik yang relevan dengan ilmu pangan, teknologi dan gizi. Beberapa anggota fakultas yang diakui oleh otoritas nasional dan internasional dan industri makanan di daerah yang beragam seperti pengolahan makanan, keamanan pangan dan keamanan, gizi, analisis makanan dan hukum makanan.

Departemen ini telah mencapai keunggulan dalam pengajaran dan penelitian serta memiliki mahasiswa-mahasiswa yang berkualitas. Departemen ini memiliki reputasi baik dalam kinerja penelitian fakultas, kurikulum, proses pendidikan, kinerja lulusan, manajemen internal dan organisasi, dan penciptaan dan perluasan kemitraan yang saling menguntungkan dengan sektor pemerintah dan swasta, nasional dan internasional. Departemen ini telah mengadopsi kurikulum ilmu pangan direkomendasikan oleh Amerika Serikat Institut Teknologi Makanan (IFT) sejak tahun 2003. Adopsi ini telah diakui Departemen sebagai trend setter dalam pengembangan ilmu makanan dan pendidikan teknologi di Indonesia.